7 LANGKAH MENANGANI TANTRUM

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Sabtu, Maret 11, 2017


Salah satu sumber ujian bagi orang tua adalah anak. Allah Subhanahu wata’ala berfirman yang artinya:  “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-Taghabun:15).
Salah satu bentuk ujian tersebut adalah tantrum. Secara sederhana  tantrum dapat diartikan sebagai  kumpulan perilaku marah anak yang terjadi karena keinginannya tidak terpenuhi. Perilaku tersebut ditunjukkan dengan cara menangis bahkan sampai meraung-raung, berteriak, menjerit, berguling-guling di tanah bahkan sampai menjatuhkan atau melemparkan barang-barang. Perilaku ini biasanya akan terus dilakukan  anak hingga  keinginannya terpenuhi.
Di usia balita, tantrum merupakan hal wajar yang diperlihatkan anak. Namun para  orangtua harus berhati-hati sekiranya tantrum tersebut masih berlangsung hingga  usia sekolah (6-12 tahun). Karena  tantrum yang masih berlanjut di usia tersebut bisa saja merupakan indikasi adanya    masalah pada anak yang disebut Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Baca juga: Berubah bersama Ibu Profesional
Agar tantrum tak berlanjut dan tidak menjadi kebiasaan anak, maka ada tujuh langkah yang dapat dilakukan para orang tua. Langkah-langkah tersebut adalah…
1.      Cari Tahu Penyebab Tantrum
Tentu saja anak tantrum karena ada penyebabnya. Bisa karena marah, lapar, bosan, lelah atau sedang frustasi. Hal ini dapat diketahui orang tua dari keseharian anak. Dari hasil mengamati kebiasaan anak itulah orang tua dapat mengetahui penyebab anaknya tantrum. Tentu saja setelah mengetahuinya, orang tua dapat mencegah pencetus tantrum tersebut terjadi. Bukankah lebih mudah mencegah daripada menghadapi ledakan tantrum?
2.      Kenali Gejala Awal  Tantrum
Sebelum tantrum itu benar-benar terjadi, biasanya anak-anak akan menunjukkan tanda-tanda awal. Untuk itu dibutuhkan kepekaan orang tua untuk mengenal dan menganalisa tingkah laku anak-anaknya.
Gejala sebelum tantrum terjadi dapat dilihat dengan misalnya anak mulai tidak sabaran menyelesaikan sesuatu, mulai berkeluh kesah, berulang kali menghela napas atau terlihat kesal.
Bila tanda-tanda itu mulai terlihat maka segeralah orang tua beraksi. Alihkan perhatian anak. Pengalihan ini dapat dilakukan dengan menawarkan sesuatu yang menjadi kesukaan anak atau mengajaknya melakukan hal lain yang juga disukainya.



Baca juga: Membunuh bosan ala Saya
3.      Amankan Lokasi Tantrum
Namun nyatanya bila anak sudah telanjur tantrum maka  langkah yang harus diambil adalah segera amankan posisinya. Posisi aman ini diperlukan karena ketika anak tantrum maka biasanya anak akan berteriak, berguling-guling bahkan ada yang melempar atau merusak apa saja. Biarkan saja si anak dengan aksi tantrumnya.
Adapun bila berada di luar rumah sementara langkah di atas tak dapat dilakukan maka yang dapat dilakukan adalah segera memeluk dan menenangkan anak. Biarkan anak menangis dalam pelukan anda. Usahakan agak menepi dari keramaian agar tidak terlalu menarik perhatian. Abaikan omongan orang agar anda mengikuti kemauan anak. Tetaplah tegas dengan prinsip yang anda pegang.
4.      Jangan Menuruti Keinginan Anak Saat Tantrum
Hal yang harus senantiasa diingat adalah jangan pernah menuruti keinginan anak saat sedang  tantrum. Biarkan saja ia menangis atau berguling-guling. Yang dapat anda lakukan hanyalah memastikan posisi anak tetap aman meski sedang tantrum.
Menuruti keinginan anak di saat seperti ini akan membuat anak belajar dan menjadikan tantrumnya sebagai senjata untuk menekan orang tuanya. anak akan belajar bahwa untuk mendapatkan keinginannya ia hanya perlu menangis, meraung-raung dan sejenisnya. Anak tahu anda akan luluh nantinya.
Bagaimana bila anda mulai tak sabar bahkan ikut tersulut emosi? Ingat, ikut marah atau bahkan memukuli anak agar diam bukanlah solusi yang baik. Marah anda tidak akan menghentikannya bahkan mungkin akan semakin menjadi-jadi. Kuncinya adalah anda sabar menanggapinya.
Jika perlu anda dapat  menjauh dan hindari anak selama beberapa saat. Hal ini berguna untuk menenangkan diri anda sehingga anda bisa tetap berkepala dingin menghadapi tantrum anak.



5.      Ajak Bicara Anak  Setelah Tantrumnya Reda
Setelah tantrumnya reda, tugas orang tua selanjutnya adalah segera memberikan ketenangan dengan memeluk serta membelai mereka. Tak lupa orang tua mengajak si anak bicara sembari menjelaskan dan memberi pengertian bahwa tantrum bukanlah cara yang baik untuk meminta sesuatu. Jika ingin sesuatu, anak dapat mengungkapkannya langsung kepada orang tua dan orang tua akan mempertimbangkan apakah permintaan itu layak dipenuhi atau tidak.
Sekiranya permintaan anak belum atau tidak dapat dipenuhi, orang tua dapat memaparkan alasannya. Beri anak penjelasan sederhana mengapa keinginannya belum atau tidak dapat dipenuhi. Untuk itu berikan alternatif lain sebagai penggantinya.
6.      Jangan Menertawakan Tantrum
Ingat, tantrum bukanlah hal lucu untuk ditertawakan. Hindari  menertawakan anak yang sedang tantrum. Meski terkadang tingkah anak saat tantrum cukup menggemaskan. Bibir manyun, mata berkilat dan sikap tubuh lainnya. Memberikan respon seperti ini akan membuat anak berpikir bahwa ia lucu saat sedang marah sehingga tentu saja senjata ini akan terus dipergunakannya.
7.      Memberi Pengertian Pada Keluarga
Masih jamak dalam masyarakat kita orang-orang yang mengalah dengan menuruti keinginan anak yang sedang tantrum. Biasanya kalau orang tuanya tegas, datanglah kakek, nenek atau om dan tantenya yang kemudian memilih menuruti keinginan anak. Alasannya beragam, ada yang tak ingin ribut, malu didengar orang,  malu dikira pelit atau gak bisa beliin anak mainan dan sebagainya. Biasanya hal itu juga disertai alasan, namanya juga anak kecil.
Tentu saja kita tidak membenarkan hal tersebut. Hal ini sama saja dengan membiarkan anak mendapatkan pembelaan atas sikapnya yang salah. Karenanya menjadi tugas tambahan bagi para orang tua untuk ikut menjelaskan ketegasan yang telah dipilih dan meminta mereka untuk ikut mendukung pilihan tersebut.



Demikian tujuh point penting menghadapi tantrum anak. Ada yang ingin menambahkan? Sharing yuk....



  • Share:

You Might Also Like

8 Comments

  1. Suami yang kadang masih suka bentak kalau anak lagi tantrum. Tapi memang bukan diam malah menjadi2 sih. Ini yang kadang bikin hati goyah dan segera menuruti permintaannya.

    Tapi seringnya di tempat umum, karena ngeri denger anak menjerit histeris terus diliatin orang. :)


    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sering banget melihat anak tantrum depan umum, rupanya anak-anak itu tahu memainkan senjata mereka. Kalau pengalaman saya dengan suami, anak mau tantrum bagaimanapun tetap tidak akan kami penuhi keinginannya. Alhamdulillah, anak-anak jarang yang tantrum.

      Hapus
  2. Saya sudah lewati fase ini dari anak pertama. Semoga yang kedua nggak bikin jungkir balik lagi deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga gak ya mba, soalnya udah punya pengalaman dari anak pertama

      Hapus
  3. Tapi kadang menyesal juga mba,saat tk menuruti anak tantrum minta jajan padahal di rumah ada banyak camilan sehat & buah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi orang tua memang kadang harus tegaan kan demi kebaikan anak.

      Hapus
  4. Alhamdulillah, anak-anak saya tidak ada yang ngalamin tantrum. Kalau ngambek dikit wajar, lah. Memang benar, salah satu caranya adalah tidak menuruti kemauan mereka saat tantrum. Bahkan kami kadang suka (pura-pura) menganggap gak ada mereka. Jangankan tantrum, ketika ngambek trus dideketin aja kan suka makin cari perhatian. Jadi dicuekin dulu aja kalau udah dikasih tau tapi belum berhasil. Nanti juga mereka tenang dengan sendirinya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, samaan kita mba berarti. Lima anakku gak ada yang tantrum karena mau se-tantrum apapun mereka tetap aja dicuekin, hihihi. Dari sikap orang tua, si anak jadi berpikir daripada capek-capek tantrum mendingan langsung minta aja, bernegosiasi siapa tahu dikabulkan.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging