AKU DAN HUJAN

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Sabtu, Februari 25, 2017



Dulu....aku suka sekali bila hujan turun membasahi bumi. Aku ingat,  saat  masih kecil, hujan merupakan sahabat terbaik yang membuatku sangat bahagia jika ia datang menyapa. Karenanya, jangan pernah berharap aku akan membawa payung ketika mendung tiba. Aku lebih memilih membiarkan sekujur tubuhku diguyur hujan meski baju, tas dan sepatuku akan basah karenanya.


"Aku kehujanan. Tadi sementara di jalan tiba-tiba hujan turun. Karena telanjur basah ya sudah mandi sekali....." hahaha malah dangdutan.

Tapi itulah alasan yang kukemukakan jika tiba di rumah. Alhamdulillah gak ada sapu yang mengelus betisku atau cubitan yang singgah di lenganku sebagaimana yang akan terjadi bila aku lalai mengerjakan tugas dari kedua orang tuaku. Gak tahu juga kok aku gak dimarahi karena hujan-hujan sebagaimana anak lain.

Selain hujan, aku juga paling suka kalau banjir. Tentu saja. karena rumahku seketika berubah menjadi sungai. Dan pastinya setiap anak akan sangat senang bermain air. Aku ingat saat itu kedua orang tuaku harus berulang kali menghalau agar aku naik ke loteng bersama adik-adikku. Tapi tetap saja aku bolak balik naik turun dengan berjuta alasan. Tapi alasan sebenarnya hanya satu, pengen main air yang masuk ke rumah. Hihihi.

Ah, namanya juga anak kecil. 

Kebiasaan memilih berhujan-hujan daripada berteduh terus berlanjut, bahkan sampai kuliah. Ketimbang memakai payung, aku lebih suka berlari menerobos hujan. Meski demikian, ada juga saat aku terpaksa harus memakai payung. Saat aku harus keluar rumah sementara hujan turun dengan sangat lebat sehingga tentu saja tidak memungkinkan untuk menerobos hujan tanpa basah kuyup. Dan tentunya aku tidak mungkin berada di tempat tujuanku dalam keadaan basah kuyup.
Namun kesukaanku kepada hujan mendadak berubah. Satu kejadian yang membuatku tak lagi bisa merasakan indahnya hujan.

Malam itu, tepat di tengah malam, saat sebagian  penduduk bumi tengah lelap dalam mimpi indahnya, aku dikejutkan dengan mendadak terbukanya langit yang ada di atasku.

Semula aku mengira semua ini adalah mimpi. Aku memang pernah bermimpi,  berbaring di atas hamparan rumput dan menatap luasnya langit tanpa penghalang apapun. Menatap indahnya langit malam yang kelam dan  bertabur bintang.  Aku pernah melakukannya sekali. Saat tengah malam berada di halaman Benteng Rotterdam usai mengelilingi benteng tersebut sebagai salah satu ujian untuk bisa tercatat sebagai anggota salah satu sanggar seni di kotaku. Dan. aku ingin kembali merasakannya.

Namun tentu saja semua itu tanpa limpahan air. Tanpa guyuran air yang membasahiku. Sebagaimana yang aku alami saat ini. Basah kuyup. Air hujan !!!!!!!

"Sengnya terbang!" seruku, sejurus setelah menyadari apa yang terjadi.

Ya, seng yang menjadi atap rumah yang aku dan anak-anak tempati telah berpindah dari tempatnya. Sengnya terbang entah kemana. Menyisakan lubang besar menganga yang tak ayal melimpahkan curahan hujan yang cukup deras malam itu. Saat itu memang sedang musim hujan dan angin kencang.
  
"Bangun...bangun..." satu persatu aku membangunkan keempat anakku yang sedang memeluk mimpinya masing-masing. Tentu saja sambil aku kembali bergegas menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan agar tidak terkena curahan air hujan.

Tak perlu dua kali membangunkan mereka. Curahan air hujan yang menimpa kami berhasil merenggut mimpi mereka yang telanjur terangkai.

Menyadari apa yang terjadi, si sulung dan si nomor dua bergegas membantuku berbenah. Mengangkat dan memindahkan barang-barang milik kami ke rumah induk (saat itu kami menumpang tinggal di rumah salah seorang kerabat. kamar kami berada di depan, menempel di rumah induk). Tak berapa lama, penghuni rumah terbangun dan bergegas membantu kami. Untung saja, aku tak punya banyak barang berharga sehingga tak banyak yang harus diamankan.

Maka malam itu, kami tidur di rumah induk. Membiarkan kamar yang kami tempati berubah menjadi danau buatan dalam semalam. Tak lupa kupeluk erat dua putriku yang saat itu berumur 5 dan 3 tahun. Menenangkan mereka yang tentu sangat terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi.




Kejadian itu menorehkan catatan kelam diingatanku. Sejak itu aku "memusuhi" hujan. Hujan membuatku takut, muram dan bersedih. Hujan menyusahkanku. Hujan membuat duniaku basah.

AKU TAK SUKA HUJAN

"Dan Dialah yang menurunkan HUJAN sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji" (QS Asy Syuura:28)

Buk buk buk!!!!

Aku tertohok. Membenci hujan? Membenci salah satu ciptaan Allah yang padanya justru terdapat rahmat?

Buru-buru aku beristighfar. Astaghfirullah al adzhim. Ampunkan hamba-Mu yang bodoh ini Ya Rabb.

SALAH. Sangat salah dengan membenci hujan. Ya Rabb, ada apa dengan diriku. Hanya karena kejadian kecil aku melupakan semuanya. Bukannya dulu aku suka hujan. Lalu mengapa kini semua harus berubah?
Aku harus menebus kesalahanku. Aku tak boleh membenci dan memusuhi hujan. Aku harus berdamai dengan hujan. 

Maka sore itu, di beberapa tahun kemudian,  aku memberanikan diri menembus derasnya hujan. Kebetulan aku harus menyelesaikan satu urusan di luar sana. Aku tak peduli harus basah. Aku harus menuntaskan semuanya sekarang.

Bismillah.....

Aku menerobos hujan. Di tengah derasnya hujan serta tiupan angin yang cukup kencang aku berdiri di pinggir jalan. Aku baru saja turun dari pete-pete (angkot). Tujuanku ada di seberang sana. Aku harus menyeberangi jalanan tepat di bawah kaki flyover yang cukup ramai meski guyuran hujan membasahi bumi tempatku berpijak saat ini.

Tentu saja aku harus tetap di tempatku sebelum beranjak maju tuk menyeberang. Menunggu  jalanan di depanku telah aman untuk dilalui. Kubiarkan gamis, kerudung, kaos kaki serta sepatuku basah kuyup. Tentu saja, payung yang melindungiku tak bisa menjalankan tugasnya dengan sempurna. Dapat kurasakan hanya bagian atas tubuhku yang kering, selebihnya terkena guyuran air hujan. Basah kuyup.

"Fabiayyi alaai rabbikumaa tukadzdzibaan...."

Masya Allah, dalam basah, dalam dingin aku justru bisa merasakan alangkah nikmatnya guyuran air hujan ini. Terbayang kembali masa di mana aku sangat menikmati curahan hujan yang jatuh menyapa bumi. 

Alhamdulillah, aku bisa kembali menikmati semua ini. Semuanya...termasuk ketika harus menerobos banjir yang sampai di atas mata kakiku. Termasuk, ketika orang yang akan kujumpai rupanya telah pulang padahal kami telah janjian sebelumnya.

Hujan, aku merindukan saat-saat kebersamaan kita dulu.

 Alhamdulillah ala kulli hal.



Imam Ibnu Qudamah mengatakan dalam Kitab Al Mughni, "Dianjurkan untuk berdoa pada saat hujan turun, sebagaimana Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda, " Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan yaitu:

·         Saat bertemunya dua pasukan
·         Saat menjelang shalat dilaksanakan
·         Saat turun hujan

Maka ketika hujan turun maka berdoalah sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ummul Mukminin, Aisyah Radhiallahu anha.

"Allahumma shoyyiban naafi'aa"
Artinya: 
"Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat" (HR Bukhari, Ahmad dan An Nasai)















  • Share:

You Might Also Like

6 Comments

  1. Wah, pengalaman luar biasa ketika atap rumahnya kebawa angin dan bikin banjir rumah ya mba.. Aku dulu mengalami beberapa kali banjir ketika hujan gede. Tapi tetap suka sama hujan karena menurut aku hujan itu rejeki, kalau pun ada akibat yg disebabkan oleh hujan, pasti semuanya kesalahan manusia karena hujan dari Allah ngga mungkin bersalah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, hujan gak mungkin salah. Aku aja yang baperan, trauma duluan. Padahal hujan kan rahmat...

      Hapus
  2. Hujan pengantar doa dari seorang hamba menuju Rabb nya.

    Tapi rumahku ujan dikit banjiiiir... hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah rumahku yang sekarang gak kena banjir. Agak diketinggian soalnya...

      Hapus
  3. dari dulupun aku slalu suka hujan mbak :).. Kenapa? krn aku ga kuat panas :D.. panas selalu bikin aku pusing, dan lemas.. kelamaan kena panas, ujung2nya aku pasti sakit.. makanya, sebisa mungkin aku slalu menghindari panas.. ga prnh mau kluar ruangan pas siang, dan lebih milih minta bantuan OB utk beli makanan supaya bisa aku mkn di ruangan kantorku :D.. pulang kantor untungnya ga ngeliat matahari lg krn udh malam..

    makanya aku slalu suka hujan, krn bikin cuaca jd sejuk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga gak kuat panas, mba. Makanya gak bisa jauh-jauh dari kipas angin dan sesekali ac.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging