MEMASTIKAN TUJUAN HIDUP DI #USIACANTIK

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Rabu, November 23, 2016

Menulis bagiku bukan lagi sekadar hobi sebagaimana yang dulu kulakukan saat masih di bangku kuliah. Saat itu orientasi menulisku hanya duit, duit dan duit. Senang aja rasanya, bisa menghasilkan uang dari hasil keringat sendiri. Maka lewat olahan kataku lahirlah ratusan cerpen. Waktu itu aku memang sangat produktif. 

Namun semuanya berubah pada suatu masa. Lewat sebuah proses, aku tersadar kalau ternyata segala perbuatan kita di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Semuanya…..termasuk apa yang telah aku tulis.

Aku terperangah.  Aku sadar kalau selama ini banyak menulis cerita seputaran dunia remaja yang tidak jauh-jauh dari urusan pacaran. Pacaran? Pacaran kan dilarang dalam islam. Nah itu dia, saat getol jadi cerpenis saya belum tahu hal itu. Tentu saja isi kepalaku sangat berpengaruh terhadap apa yang aku tulis. Saat itu yang aku yakini no pacar no gaul. Jadi anak muda yang keren itu adalah yang  punya pacar.

Sumber gambar di sini

Sebagai bentuk penyesalan, aku memutuskan untuk berhenti menulis. Sangat ekstrim memang. Entah mengapa aku saat itu tidak berpikir panjang. Bukankah menulis bukan hanya berupa cerpen picisan. Tapi begitulah, darah muda membuatku tidak bijaksana.

Aku masih ingat tulisan terakhirku yang dimuat di media sebelum aku benar-benar berhenti menulis adalah di Majalah Annida. Alhamdulillah, tulisan itu melewati masa penantian yang cukup panjang di meja redaksi sebelum dimuat di majalah. Saat itu tulisanku sudah mulai sedikit terwarnai dengan islam. Saya masih ingat, honornya waktu itu 90 rb rupiah. Lumayan buat di tahun 1999.


Di tahun 1998 aku menikah. Suami yang mulanya berprofesi sebagai manager di sebuah lembaga keuangan memilih untuk melepaskan pekerjaannya demi pekerjaan lain yang tidak banyak tuntutan. Suami kemudian berdagang kue-kue yang ditawarkan di warung atau toko-toko kecil. Bermodalkan sepeda tua, suami mendatangi satu demi satu warung dan menitipkan kue-kue itu di sana.

Selain  berjualan kue, suami juga berjualan buku, obat herbal serta menjadi agen beberapa majalah islam. Profesi sebagai penjual buku dan majalah mau tidak mau membuat minat bacaku semakin meningkat. Pokoknya setiap kali ada buku atau majalah baru yang terbit, aku jadi “first reader” nya sebelum ditawarkan dan dijual ke orang-orang.

Terus terang, setiap kali membaca majalah terbaru, beberapa kali teringat kembali saat dulu masih aktif menulis. Apalagi aku kemudian tersadar bahwa aku masih bisa menulis meski bukan cerpen picisan lagi. Masih banyak bentuk tulisan lain yang bermanfaat. Bukankah para ulama besar di masa lalu masih dapat dikenang hingga saat ini berkat tulisan-tulisan mereka?

Beberapa kali aku mencoba membuat corat-coretan di kertas. Kebetulan ada beberapa majalah yang menerima tulisan dari pembaca.  Alhamdulillah, hasil corat coret yang kubuat dimuat juga di sebuah majalah keluarga, Majalah Nikah (sekarang berganti menjadi Majalah Sakinah). 

Senang banget rasanya. Corat coret itu kubuat di sela-sela keremponganku mengasuh 3 anak balita dengan si sulung yang baru 8 tahun. Kerempongan itu rasanya semakin bertambah jika suami harus bertugas ke luar kota. Maka tinggallah kami berlima di rumah seorang diri (apaan sih...). Jangankan makan, bernapas aja rasanya susah. Huhuhu.

Sayangnya, hanya itu saja tulisan yang berhasil kubuat dengan sempurna di tengah kerempongan kala itu. Mengurus rumah dan penghuninya kembali menyita seluruh perhatianku. Aku kembali terlupa untuk menulis.

Kembali Serius Menulis

Tahun 2011, kami berkesempatan menetap di Malaysia, menemani suami yang melanjutkan study-nya di sana. Saat itu anak-anak sudah besar, si sulung sudah 12 tahun sementara si nomor empat sudah empat tahun. Otomatis keremponganku tidak seperti saat mereka masih balita.

“Kamu mau kembali menulis?” tanya suamiku yang melihatku mulai berkenalan dengan dunia sosial media. Beliau berpikir daripada hanya membuka fb saat berhadapan dengan laptop lebih baik aku menyalurkan hobi menulisku di sana.

Setelah mengatakan setuju. Suami kemudian memberikan sebuah laptop lengkap dengan wi-fi.  Aku sangat senang dengan dukungan beliau. Ini kesempatanku untuk kembali eksis di dunia kepenulisan. Kembali eksis dengan hanya menuliskan apa-apa yang dapat bermanfaat. 

Untuk menguji kemampuanku menulis, aku kemudian ikut dalam sebuah kompetisi menulis. Alhamdulillah, aku termasuk salah seorang yang dinyatakan lolos. Bahagia dan haru rasanya menyatu saat itu. Setelah sekian tahun absen menulis ternyata aku masih bisa merangkai kata. Alhamdulillah.

Sejak itu, aku semakin rajin mengikuti lomba menulis di mana-mana. Hasilnya adalah buku-buku antologi yang memuat rangkaian kataku di dalamnya. Bosan ikut antologi, kali ini tantangan menulis buku datang menghampiriku.

Kamu pasti bisa…” kembali suami mendukungku kala kesempatan itu tiba namun aku masih ragu. Bagaimana tidak, berada di Malaysia membuatku jauh dari koleksi bukuku yang ada di Makassar. Lalu mengambil referensi dari mana?

“Cukup kan? Kalau kurang, aku carikan lagi nanti…” setumpuk buku yang bisa dijadikan referensi untuk proyek buku solo pertamaku. Rupanya beliau menyempatkan diri mencari referensi untukku di perpustakaan kampusnya.

Alhamdulillah ala kulli hal. Bismillah.

Pencapaianku di #UsiaCantik

Usia cantik adalah usia antara 35-45 tahun. Dan di tahun ini usiaku sendiri genap 42 tahun. Itu artinya, aku sudah termasuk golongan perempuan-perempuan berusia cantik.

Alhamdulillah, masih diberi kesempatan hidup di dunia sampai saat ini. Meski belum maksimal namun setidaknya beberapa pencapaianku membuatku sedikit merasa berarti.  

·        Menghasilkan buku solo
Buku soloku, Para Abdullah di Sekitar Rasulullah terbit di #UsiaCantik, 39 tahun. Meski tidak terlalu produktif, kini di usia 42 tahun buku soloku telah terbit 4 buah. Buku yang terakhir Nabi Muhammad The Real Motivator bahkan tercatat sebagai salah satu nominator IBF 2016 bahkan ikutan diboyong bersama buku-buku penulis lainnya di ajang Franfurt Book Fair (FBF) 2016 di Jerman.

Mejeng di FBF 2016

·        Menjadi Kontributor di Majalah Dakwah
Suatu hari sebuah lamaran mampir via inbox. Isi lamaran itu adalah memintaku menjadi kontributor tetap sebuah majalah dakwah. Mulanya aku sempat tak percaya, siapa sih aku ini…

Untuk memastikannya, aku kemudian membalas inbox tersebut. Ternyata semua ini bukan mimpi. Surat lamaran itu memang benar adanya. Alhamdulillah.
 
Tulisanku di Majalah Dakwah
·        Hamil anak kelima di usia 39 tahun
Sungguh, aku tak pernah menduga kalau kembali akan diberi amanah di #usiacantik. Setelah melalui proses yang lebih berliku dibanding keempat anakku sebelumnya,  akhirnya bayi mungil yang  cantik itu pun lahir di sebuah klinik bersalin di Bandar Baru Bangi, Malaysia. Kami pun menamainya Hilyatul Auliyah, perhiasan orang-orang shalih yang juga merupakan judul salah satu kitab karya ulama Al Imam Abu Nu’aim Al Ashfani -rahimahulloh-

·        Mengakhiri masa LDR
Alhamdulillah, akhirnya LDR itu berujung juga. Di bulan Maret kemarin, aku dan anak-anak kembali ke Malaysia setelah sebelumnya menetap di sana selama dua tahun. Senang tentunya. Tahu kan gimana rasanya hidup berjauhan dengan suami tercinta. Tidur tak lena, makan tak abis, mandi tak basah….*mendadak Tok Dalang di Upin Ipin. Hahaha

·        Mengantar Anak-anak berprestasi
Alhamdulillah, baru saja Khaulah, anak keempatku menunjukkan prestasinya di sekolah. Khaulah berhasil meraih tempat ketiga dan berhak ikut dalam Majelis Anugerah Cemerlang yang diadakan sekolahnya.

Alhamdulillah, peringkat ketiga

·        Menularkan virus menulis ke anak-anak
Menulis adalah kebiasaan yang baik. Kebiasaan ini pula yang ingin aku tularkan kepada anak-anakku. Level pertama untuk bisa menulis telah mereka penuhi, suka membaca. Dan untuk mendukung kebiasaan baik tersebut aku pun membuatkan blog untuk anak-anakku. Meski belum banyak tapi blog mereka pelan-pelan sudah mulai mereka isi. Untuk saat ini mereka lebih suka bergonta ganti template daripada mengisinya.

Tips Memasuki #UsiaCantik 
         
·        Senantiasa Bersyukur

Bersyukur merupakan salah satu kunci untuk meraih kebahagiaan. Di #UsiaCantik ini biasanya para perempuan telah melewati banyak hal entah itu suka maupun duka. Tak ada yang lebih nikmat untuk dilakukan selain bersyukur dengan segala pencapaian yang telah ada.

·        Positive Thinking

Tidak semua yang kita inginkan di dunia ini pasti dapat kita peroleh. Ada banyak hal yang terlewatkan. Ada banyak kesempatan yang terlepaskan. Untuk itu dibutuhkan pikiran yang sehat, positive thinking bahwa segala yang terjadi pasti ada hikmahnya. Kita percaya bahwa itulah takdir kita, itulah hal yang terbaik bagi kita.

·        Banyak Mengkosumsi Buah dan Sayuran

Memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran di #UsiaCantik sangatlah penting. Pola hidup yang lebih sehat wajib diterapkan demi  kesehatan dan kenyamanan hidup di masa ini.
     
·        Olah Raga Teratur

Berolah raga secara teratur juga sangat penting di #UsiaCantik. Olah raga yang ringan namun rutin seperti jogging, berjalan kaki maupun senam dapat dijadikan alternatif.  

·        Semakin Dekat Kepada Sang Pencipta

#UsiaCantik bisa dibilang merupakan tanda-tanda semakin mendekati habisnya jatah  hidup di dunia. Tak ada yang dapat dilakukan selain     semakin memperbanyak amal shalih,   memperbaiki kualitas ibadah dan tentu saja semakin mendekatkan diri pada Sang Khalik.
  
Tetap Menarik di #UsiaCantik

Meski tertutup (aku bercadar) namun untuk urusan perawatan kulit, aku cukup peduli lho. Termasuk urusan perawatan wajah tentunya.  Meski wajahku bukan untuk konsumsi umum namun urusan perawatan tetap nomor satu. Bukankah islam menganjurkan para istri untuk senantiasa tampil cantik di depan suaminya. Lagipula di tempat-tempat yang khusus untuk perempuan  aku pasti membuka penutup wajahku.

Beberapa waktu yang lalu aku dan teman-teman SMA mengadakan reuni kecil-kecilan. Ini adalah pertemuan pertamaku dengan mereka setelah sekitar 24 tahun berpisah yaitu saat pengumuman kelulusan kami di SMA dulu. Karena kami perempuan semua maka akupun membuka penutup wajahku. Satu komentar membuatku sempat ge-er. Katanya  wajahku tidak mengalami banyak perubahan. Uhuk.

Di #usiacantik ini urusan perawatan kulit terutama wajah harus tetap mendapat perhatian. Untuk pilihan yang tepat, perempuan #UsiaCantik dapat memilih L'Oreal Paris Dermo Expertise Revitalift Dermalift Day Cream. Cream yang dikemas dalam bentuk tube ukuran 50 ml mengandung formula baru dermalift yang berperforma tinggi ketika dikombinasikan dengan Pro Retinol A memiliki aksi intensif untuk merawat kekencangan kulit & anti-kerut secara efektif. Cream ini juga  mampu memberikan perlindungan terhadap UVA & UVB untuk mencegah penuaan dini. Tambahan lagi teksturnya lembut dan ringan sehingga dapat meresap dengan cepat ke dalam kulit. 
Waktu yang telah berlalu memang tak mungkin terulang kembali. Hidup terus berputar, melaju hingga akhir masanya tiba. Yang terbaik adalah melakukan hal-hal baik yang nantinya akan membawa kebahagiaan di kehidupan akhirat kelak. Mari menikmati #UsiaCantik dengan terus menebar kebaikan di manapun dan kapan pun. 

“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”



  • Share:

You Might Also Like

24 Comments

  1. wah bacaan kita di masa remaja sama mba, Annida :)

    BalasHapus
  2. Wah...Mbak Haeriah bersyukur sekali, bakat menulis menurun ke putri tercinta. Semangat menulis terus ya Mbak. Semoga sukses blognya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mba Hani. Alhamdulillah, ada banyak celah yang harus selalu disyukuri dalam hidup ini.

      Hapus
  3. Kalau emang udah passion, pasti akan dipertemukan kembali walau harus jalan muter dulu ya Mak :')

    Salam kenal dari saya di Jogja, Mak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, padahal dulu sempat nyesel bisa nulis. Salam kenal juga mba....

      Hapus
  4. Nggak bisa ngebayangin hamil lagi di usia cantik Mbak. Bisakah melahirkan secara normal, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah melahirkan secara normal meski sempat diinduksi soalnya baby-nya gak mau keluar, hihihi

      Hapus
  5. Pengen bisa seperti mba, bisa menerbitkan buku solo.

    Sebagai seorang penulis, ternyata aku tidak istiqomah. Dulu masih rajin nulis, sampai pernah dimuat di majalan Ummi, annida, dsb. Terus berhenti lamaaaaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pun sempat berhenti lama lho, Mba. Ayo dicoba lagi, mula-mula mungkin agak susah tapi terus aja dicoba nanti akan kembali bisa menulis. Semangat mba....

      Hapus
  6. Huaah, merasa gimana aku ini. Udah bisa nerbitin buku Solo aja Mbak. Pengen banget. Semoga semangat nulisnya Mbak Syam menular ke saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah diberi kesempatan bisa menerbitkan buku solo. Ayo Mba Eri nulis buku juga (btw, saya suka nama Ery, waktu kuliah teman2 manggil saya Ery). Ohya, Syam itu nama Bapak saya lho....

      Hapus
  7. Baca ini aku jadi termotivasi untuk mempersiapkan #usiacantik ku yang masih 10th ke depan ini dengan kegiatan yang bermanfaat sekaligus produktif menulis. Keep inspiring ya Mba :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. 10 tahun lagi baru masuk usia cantik? Kalau begitu, sekarang lagi usia imut ya.... Saya senang lho liat anak muda yang mengisi masa muda dengan hal2 yang positif, salah satunya dengan menulis.

      Hapus
  8. Salut saya dengan dukungan suami ya mbak, bisa melihat potensi istri dan mengarahkan ke tujuan yang baik... Sukses selalu mbak haeriah... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami istri seyogyanya memang saling mendukung. Kalau gak bisa pincang deh rumah tangganya, hehehe. Btw, selamat ya udah menang kemarin. Hadiahnya banyak banget bikin mupeng. Kalau dekat udah aku todong traktir,nih....

      Hapus
  9. alhamdulillaah ya akhirnya menemukan kembali passion menulis dengan lebih terarah.
    semoga dianugerahi umur yang barokah ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Senang rasanya bisa kembali menulis meski belum bisa seproduktif dulu.

      Hapus
  10. Buku solo!
    Wah, pencapaian bngt tuh, mbak Eri.
    Semoga tetap konsisten nulis dan sukses blognya, ya.

    BalasHapus
  11. mantep banget Mbak.
    terus berkarya dan mengisi hidup dengan kebaikan.
    Bagaimana cara agar terus semangat menulis ya Mbak?
    thank

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya, supaya tetap semangat menulis adalah kembali mempertanyakan tujuan awal mengapa saya menulis. Karena salah satu alasan saya menulis adalah untuk menyebar kebaikan maka itu yang menjadi penyemangat.

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging