BAZAR ALA SISWA SDIT WIHDATUL UMMAH

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Kamis, Desember 24, 2015


Jiwa entrepreneur anak sudah dapat diasah sejak dini. Salah satunya dengan mengajak anak berjualan di sekolah. Hm, anak berjualan di sekolah? Apa bukannya nanti malah mengganggu proses belajar mengajar? Lagian kasihan teman-temannya yang lain. Bukannya fokus ke pelajaran malah sibuk mikirin jualan teman sekelasnya.

Tenang saja…. Hal itu sudah dipikirkan oleh para tenaga pendidik yang insya Allah mempunyai dedikasi yang tinggi untuk memajukan anak didiknya. Dan….jadilah pada hari Sabtu tanggal 7 November 2015 di lapangan upacara SDIT Wihdatul Ummah digelar acara BAZAAR yang dirangkaikan dengan acara  penerimaan raport hasil UTS (Ujian Tengah Semester) siswa.

Di acara bazaar tersebut, para siswa yang ingin menguji dan mengasah jiwa entrepreneur-nya dipersilahkan membawa dan menawarkan barang dagangan. Barang dagangan boleh berupa penganan maupun aneka kreasi para siswa.  That’s a great idea.


Jauh-jauh hari sebelum bazaar tersebut digelar, para siswa sudah ditawarkan kira-kira akan  menjual apa saja  di hari tersebut. Maka satu persatu siswa didata sesuai dengan barang dagangan apa yang akan mereka jual nantinya.
Tentu saja kegiatan ini disambut sangat antusias oleh para siswa. Termasuk anakku, Nusaibah yang duduk di kelas IV B. Berulang kali ia menanyakan padaku kira-kira jualan apa yang akan ia jual nantinya. Kebetulan wali kelasnya meminta mereka berjualan aneka penganan .

“Donat mo…” jawabku cepat. Eh, jangan berpikir aku jago bikin donat ya. Kebetulan ibu di rumah tiap hari jualan donat dan beberapa kue lainnya. Aku pikir ini jalan yang paling simple, hehehe. Jadi tinggal ambil di ibu dan dijual deh.

“Adami temanku yang mau jual donat” tukas Nunu, panggilan akrab Nusaibah cepat.

“Panada, dadar, lapis, songkolo” aku kembali menyebut nama-nama kue yang diproduksi ibu.

Namun Nunu menggeleng, “Tidak mauka jual kue itu…”

“Lalu apa dong?” aku ikutan bingung. Terus terang aku tidak pandai membuat kue. Selalu saja kuenya tidak sukses setiap kali aku mencoba membuat kue. Ada-ada saja yang kurang meski pakai resep sekalipun. Mungkin memang aku tidak ditakdirkan menjadi seorang penjual kue…

“Hm..bagaimana kalau bolu kukus dan risoles?” kucoba menawarkan jenis kue lainnya.

“Ummi mau bikin bolu kukus?” tanya Nunu dengan bola mata bersinar. Ia tahu neneknya tidak menjual bolu kukus.

“He he, bolu kukusnya beli di warung, kalau risolesnya beli di nenek aja” jawabku.

Tak kusangka Nunu menyambut dengan antusias. “Oke bolu kukus dan risoles. Besok mauka daftar di Ustadzah Fitri”

Dan ketika hari h nya tiba maka Nunu sangat bersemangat menyambut harinya. Usai menyiapkan semuanya, Nunu pun diantar ke sekolah. Nunu harus datang lebih awal meski hari ini tak ada pelajaran karena ia harus ikut menata jualannya. Tentu saja Nunu dan kawan-kawannya akan dibantu para ustadzah nantinya. Aku pun berjanji akan datang sekitar pukul 9 meski acara resmi penerimaan raport dimulai pukul 10 pagi.

Qadarallah, aku baru bisa datang ke sekolah sekitar jam 10 an. Suasana di sekitar sekolah sudah sangat ramai. Ketika sedang menuju ke tempat bazaar, aku sempat melihat salah seorang siswa laki-laki sedang membawa wadah berisi pudding. Puding tersebut ditawarkan pada siapa saja yang berada di sekitar sekolah.

“Sebuah cara yang cerdas. Menjemput pembeli bukan hanya menunggu pembeli datang” batinku tersenyum.

Dan ketika aku tiba di meja pajangan kelas IV B, aku tak menemukan anak-anak di sana. Yang ada hanya dua orang ustadzah dengan sejumlah penganan di atas meja. Ada nasi kuning, pisang nugget, pudding, dan  coklat.
Ketika kutanya anak-anak di mana, mereka menjelaskan kalau anak-anak mulai bosan berjualan dan satu persatu “hilang” entah ke mana. Duh, namanya juga anak-anak.

“Ummi, habiski risolesku. Tinggal bolu kukus” entah dari mana, Nunu telah berada di sampingku. Gadis kecil itu kemudian menyodorkan kresek berisi bolu kukus dan nampan kecil.

“Alhamdulillah. Tapi bolu kukusnya kenapa tidak dipajang, ayo dipajang lagi siapa tahu masih bisa laku” aku pun bergerak menata kembali bolu kukus yang tersisa itu di atas nampan.

“Deh, capekma jaga” protes Nunu

“Simpan mi di situ, nanti kami jagakan” tukas salah seorang ustadzah yang menjaga stand IV B.

Aku pun mengucap terima kasih sebelum beranjak ke lantai dua, tempat anakku menerima raport. Tapi sebelumnya, aku dan Nunu serta adiknya Khaulah shopping di acara bazaar tersebut.

Ketika akan naik, salah seorang anak perempuan menghampiri dan menawariku jualannya. “Beli miki kodong Ustadzah, tinggal inimi…”

Tak tega rasanya melihat mata beningnya. Aku pun mengeluarkan uang 5 ribu sebagaimana harga 3 buah donat bertopping coklat dan keju yang ditata dalam plastic mika.

“Terima kasih, Ustadzah..” ucapnya senang. Ia pun segera berlari. Dan ekor mataku menangkap ia menyerahkan uang tersebut pada salah seorang anak laki-laki. Hm, rupanya gadis kecil itu berinisiatif membantu temannya berjualan. Dari raut wajah anak laki-laki itu terlihat kalau ia sangat berterima kasih dengan bantuan gadis kecil tersebut. Gadis kecil itu pun terlihat bahagia telah bisa membantu temannya. Masya Allah.

Alhamdulillah, acara bazaar berjalan dengan lancar. Para guru, orang tua serta anak-anak terlihat sangat senang dengan suasana sekolah yang berbeda dari biasanya. Semoga acara seperti ini dapat diadakan kembali dan tentu saja dengan perbaikan di sana sini.

Terima kasih para ustad dan ustadzah karena telah memberi kesempatan anak-anak kami belajar dengan cara yang berbeda dan tentu saja menyenangkan. Di tunggu event bazaar berikutnya.



  • Share:

You Might Also Like

0 Comments

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging