Berburu Buku Murah di Pameran Buku

By HAERIAH SYAMSUDDIN - Selasa, Agustus 26, 2014


Sewaktu masih gadis, aku paling suka mengunjungi pameran pembangunan yang diadakan di kotaku, Makassar.  Pameran pembangunan ini diadakan setahun sekali dan diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT negeri tercinta sebagai ajang memperlihatkan kemajuan pembangunan yang berhasil dicapai oleh kabupaten dan kota yang ada di propinsi Sulawesi Selatan. 

Yang paling aku senangi dari pameran ini ialah jualan kuliner khas daerah  yang biasanya dijual langsung oleh ibu-ibu PKK daerah masing-masing. Biasanya aku akan berburu aneka macam dodol yang banyak dijajakan di sana. Maklum, aku termasuk salah seorang penggemar berat makanan kenyal  tersebut.

Satu hal yang paling kusuka dan paling membuatku  betah berlama-lama ialah saat berada di stand milik kabupaten Wajo. Sebagai   kabupaten yang terkenal sebagai penghasil  sutera maka        di stand tersebut sengaja ditampilkan alat penenun lengkap dengan tukang tenunnya. Yang menariknya lagi ialah pengunjung dibolehkan mencoba menggunakan alat penenun tersebut. Sangat menarik, kan?   

Sayangnya setelah menikah, aku ikut suami berpindah ke daerah lain sehingga tidak lagi bisa mengunjungi pameran pembangunan tersebut. Apalagi daerah baruku tersebut adalah sebuah kota kecil yang tentu saja minim bahkan bisa dibilang tidak mengenal pameran apapun.  
       
Hingga kemudian, nasib membawa kami sekeluarga untuk menetap di negeri jiran, Malaysia. Di sanalah untuk pertama kalinya aku mengunjungi pameran buku yang digelar di negeri tersebut. Kebetulan pameran buku yang diadakan adalah pameran buku antarbangsa (internasional) yang menghadirkan beberapa penerbit dan buku dari beberapa negara.              
Sebagai pecinta buku, tentu saja momen tersebut tidak aku sia-siakan. Inilah kesempatan untuk mendapatkan buku dengan harga murah sembari cuci mata menikmati sajian buku yang beraneka jenis, tampilan bahkan bahasa.

Bersama suami dan kelima anakku, kami sekeluarga mendatangi gedung PWTC (Putra Wold Trade Centre) yang berada di Kuala Lumpur. Meski baru pertama kali akan mendatangi tempat tersebut namun kami yakin tidak akan tersesat karena tentunya tempat tersebut sudah sangat familiar sehingga kami hanya perlu bertanya sekiranya nanti kehilangan arah.

Dengan mengandalkan transportasi kereta kami kemudian turun di Stasiun Putra yang ternyata berdampingan letaknya dengan Sekolah Indonesia (SI). Ternyata cukup banyak pengunjung kereta yang mempunyai tujuan yang sama dengan kami. Rupanya animo masyarakat Malaysia sangat besar menyambut event tahunan ini. 

Benar saja, ketika tiba di gedung ternyata sudah banyak pengunjung yang memadati tempat tersebut. Pengunjungnya dari segala umur, ada orang tua maupun anak-anak. Suasana mirip dengan tempat hiburan karena banyak diantara pengunjung yang terlihat beristirahat di emperan sembari menikmati bekal makanan yang telah mereka siapkan. 

Karena suasana sangat ramai, aku dan suami harus berulang kali mengingatkan anak-anak agar tidak melepaskan pegangan dan berjalan sendiri. Maklum, anak-anak langsung histeris melihat banyaknya buku dengan tampilan yang sangat memesona. Belum lagi rayuan maut para SPG menawarkan dagangan bukunya yang imut dan lucu-lucu . 

Ternyata di ajang pameran tersebut bukan hanya melulu jualan buku dengan beragam diskon. Beberapa acara juga diselenggarakan seperti pameran sejarah perbukuan dunia, talk show, pelatihan menulis, lomba menggambar dan mewarnai, aneka games, dan banyak lagi acara seru lainnya. Bahkan stand Arab Saudi di hari terakhir  membagikan buku-buku jualan mereka secara gratis kepada para pengunjung yang mendatangi stand mereka. Tentu saja hal ini membuat stand tersebut sangat ramai didatangi pengunjung. Ternyata yang namanya gratisan banyak disukai orang.

Sebagai orang Indonesia tentu saja, kami tidak lupa mengunjungi stand Indonesia. Sayangnya sangat minim penerbit yang memamerkan bukunya di ajang ini. Padahal animo masyarakat pada penerbit Indonesia cukup hangat.  Ketika hal itu kami tanyakan kepada penjaga, beliau hanya mengangkat bahu sebagai jawabannya.

Menjelang maghrib kami meninggalkan tempat tersebut. Tentu saja setelah mendapatkan buntelan buku dan kaki pegal-pegal karena kelamaan berjalan dan berdiri. Namun tentu saja semua itu terbayarkan dengan rasa puas dan keinginan yang kuat untuk kembali mendatangi event pameran buku di tahun mendatang yang sayangnya tidak kesampaian karena kami harus kembali menetap ke tanah air.

Tulisan di atas di ikutsertakan dalam Parade Blog IKAPI JABAR - SYAAMIL QURAN




  • Share:

You Might Also Like

1 Comments

  1. waaaa perjalanan yang berkesan sekali ya :D pameran buku memang is the best.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak yang baik. Happy Blogging